Klinik Apollo, Jakarta – Ada banyak faktor yang memicu vagina berdarah setelah berhubungan seksual.
Jangan pernah meremehkan ketika Anda mengalami gangguan tersebut.
Terkadang, vagina berdarah setelah berhubungan dapat menjadi masalah yang serius. Artinya, fenomena yang sering dikeluhkan ini tetap memerlukan perawatan yang intens.
Ada serangkaian penyebab vagina berdarah setelah berhubungan yang bisa diketahui untuk mengantisipasi apabila kasus ini terjadi pada Anda.
>> Konsultasi Online Gratis di Sini <<
Apa Sajakah Penyebab Vagina Berdarah Setelah Berhubungan Seksual?
Pendarahan setelah melakukan hubungan suami-istri dapat menjadi gangguan yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi para wanita.
Jaringan vagina yang terpengaruh oleh perubahan hormonal, saat mengalami menopause, misalnya, umumnya mengakibatkan darah keluar dari vagina setelah berhubungan seks.
Selain itu, vagina yang gatal dan kering pun dapat mendatangkan kondisi yang sedemikian rupa.
Apabila vagina Anda berdarah pasca berinteraksi seksual, terlebih dalam kondisi yang berlebihan, segera hubungi dokter agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Berikut adalah tujuh penyebab vagina berdarah setelah berhubungan seksual yang mengkhawatirkan.
Baca Juga: Bikin Tercengang! Vagina Berdarah saat Berhubungan, Kenapa?
1. Herpes Genital
Herpes genital merupakan penyakit kelamin. Pada wanita, penyakit kelamin ini dapat mengakibatkan luka, lecet, atau vesikel pada kulit atau selaput lendir di sekitar vagina dan vulva.
Jika terjadi gesekan atau tekanan pada area yang terinfeksi selama Anda dan pasangan berhubungan intim, luka atau vesikel bisa pecah atau teriritasi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan perdarahan.
Selain itu, infeksi virus Herpes simplex virus juga mengakibatkan peradangan di area yang terkontaminasi, yang dapat membuat jaringan lebih rentan dan mudah berdarah.
2. Servisitis
Serviks atau leher rahim dapat mengalami peradangan. Peradangan di organ tersebut dapat terjadi karena infeksi atau iritasi.
Saat peradangan, jaringan serviks menjadi lebih sensitif dan rentan terhadap kerusakan.
Selama berhubungan seks, terutama pada saat penetrasi, gesekan dan tekanan pada leher rahim dapat menyebabkan perdarahan dari jaringan yang meradang.
3. Vaginitis
Peradangan pada vagina atau vaginitis dapat terjadi apabila bakteri, virus, atau jamur menginfeksi. Saat peradangan terjadi, jaringan menjadi lebih sensitif dan mudah teriritasi.
Selama berhubungan intim, tentu terjadi gesekan atau tekanan, yang bisa menyebabkan luka atau robekan pada dinding vagina yang meradang sehingga menyebabkan perdarahan di vagina.
4. Erosi Serviks
Erosi serviks adalah situasi medis yang menampakkan sel-sel lunak dan kelenjar di lapisan dalam serviks tumbuh ke bagian luar serviks.
Sebenarnya, kondisi tersebut termasuk normal dan biasanya tidak memerlukan perawatan medis. Erosi serviks sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun.
Penderita memerlukan penanganan medis dari dokter apabila erosi serviks menyebabkan gejala seperti rasa sakit dan perdarahan pada miss V setelah berhubungan.
5. Prolaps Uteri
Prolaps uteri, kondisi yang ditandai dengan rahim yang turun melalui vagina, bahkan sampai menonjol keluar karena lemahnya otot sekitar panggul dan jaringan ikat merenggang.
Saat posisi rahim turun dari vagina atau menonjol dari lokasi yang seharusnya, gesekan dan tekanan pada dinding vagina bisa terjadi selama berhubungan intim.
Hal ini dapat menyebabkan iritasi, luka kecil, atau robekan pada dinding vagina yang akhirnya mengakibatkan darah keluar setelah melakukan hubungan dengan pasangan.
Wanita yang mengalami menopause, kehamilan, atau saat persalinan, maka prolaps uteri bisa terjadi.
6. Endometriosis
Endometrium, tempat menempelnya ovum atau sel telur pasca pembuahan dapat mengalami gangguan yang berupa peradangan dan perdarahan.
Beberapa orang dari kaum Hawa dengan endometriosis mengalami pertumbuhan jaringan endometrium di dekat vagina atau serviks.
Jaringan ini dapat mengalami kerusakan dan perdarahan pada saat penetrasi atau gesekan selama berhubungan intim.
Selain gejala tersebut, endometriosis dapat menimbulkan nyeri panggul yang parah, nyeri saat berhubungan intim, sakit menstruasi yang berat, dan gangguan fertilitas.
7. Kanker Serviks dan Vagina
Kanker serviks atau vagina dapat membentuk sebuah ulkus (benjolan seperti bisul) pada dinding vagina atau serviks. Ulkus ini bisa pecah atau teriritasi sehingga menyebabkan perdarahan.
Selain itu, individu yang mengalami kanker tersebut, pembuluh darah miliknya dapat mengalami kerusakan akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel kankernya.
Hal ini dapat mengganggu aliran darah normal dan menyebabkan rasa sakit di vagina atau darah keluar pasca melakukan kontak seksual.
>> Konsultasi Online Gratis di Sini <<
Cara Mengobati Vagina yang Berdarah Setelah Berhubungan
Jika Anda mengalami perdarahan di vagina setelah berhubungan intim, segera hubungi dokter spesialis untuk mendapatkan perawatan.
Adapun perawatan atau pengobatan alat kelamin wanita yang berdarah setelah berhubungan badan akan disesuaikan dengan penyebabnya.
Berikut adalah cara mengobati vagina yang berdarah setelah berhubungan:
- Dokter dapat memberikan obat antivirus apabila penderita mengalami perdarahan akibat herpes genital. Obat tertentu yang dokter berikan dapat mengatasi reaksi virus herpes.
- Antibiotik dapat dokter berikan kepada pasien yang mengeluarkan darah dari alat intimnya akibat servisitis yang disebabkan oleh infeksi.
- Vaginitis dapat diobati dengan obat topikal dari dokter.
- Melakukan senam kegel atau metode penyembuhan lain agar prolaps uteri terobati.
- Menerapkan pengobatan hormonal untuk penderita endometriosis.
- Radioterapi, kemoterapi, dan terapi lainnya untuk wanita yang mengalami kanker serviks atau vagina.
Jika vagina berdarah setelah berhubungan terjadi pada Anda, yang mungkin disertai nyeri atau rasa gatal, segera hubungi dokter dan lakukan pengobatan. Demikian informasi. Semoga bermanfaat.